Di era modern ini, mungkin kamu sering mendengar istilah "sandwich generation" atau generasi sandwich. Menurut survei PwC Indonesia 2023, hampir 60% penduduk usia produktif di Indonesia berada dalam posisi ini –– terjepit antara tanggung jawab merawat orang tua dan membesarkan anak [Sumber: pwc.com/id]. Mari kita pahami lebih dalam tentang fenomena yang semakin umum terjadi ini.
Memahami Tantangan Sandwich Generation
Studi dari Lembaga Demografi Universitas Indonesia mengungkapkan bahwa rata-rata sandwich generation mengalokasikan 40% dari pendapatan mereka untuk mendukung orang tua dan 35% untuk kebutuhan anak [Sumber: ldemografi.ui.ac.id]. Angka ini menunjukkan betapa beratnya beban finansial yang harus ditanggung.
Posisi sebagai sandwich generation menciptakan tekanan finansial yang unik. Bank Indonesia mencatat bahwa kelompok ini memiliki tingkat stress keuangan 70% lebih tinggi dibanding kelompok usia produktif lainnya [Sumber: bi.go.id]. Hal ini terjadi karena mereka harus menyeimbangkan berbagai kebutuhan: biaya pendidikan anak, perawatan kesehatan orang tua, cicilan rumah, dan persiapan dana pensiun mereka sendiri.
Strategi Cerdas Menghadapi Peran Sandwich Generation
Riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa sandwich generation yang memiliki perencanaan keuangan yang baik memiliki tingkat kesejahteraan 45% lebih tinggi [Sumber: ojk.go.id]. Berikut beberapa pendekatan yang bisa kamu terapkan.
Perencanaan Keuangan Terintegrasi
Komunikasi dan Keterbukaan
Penting untuk Diingat: Menjadi sandwich generation bukan berarti kamu harus mengorbankan kesejahteraan finansialmu sendiri. Riset Morgan Stanley menunjukkan bahwa sandwich generation yang tetap memprioritaskan dana pensiun mereka sendiri justru memiliki kemampuan lebih baik dalam membantu keluarga dalam jangka panjang [Sumber: morganstanley.com].
Butuh Bantuan Mengelola Keuangan Sandwich Generation?
Mulai langkah bijak finansialmu di www.bijakuangmu.id